BERHENTI SAAT DIPUNCAK - (STOP at THE TOP)
Hari ini semua Anggota Dewan Perwakilan Malaikat sedang melakukan rapat untuk membahas cara-cara mati yang baru bagi daftar nama manusia yang akan mati di bulan berikutnya. Tiba-tiba semuanya dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka dengan kerasnya, disusul kemudian sosok malaikat yang tengah lari tergesa-gesa sambil meneriakkan interupsi...interupsi...yang mulia! ternyata sosok yang disangkanya malaikat tadi adalah merupakan asisten pribadi dari malakat kematian atau pencabut nyawa.
"Ada apa assisten, kau mengejutkan kami semua, sehingga rapat ini menjadi terganggu, tanya malaikat pimpinan rapat. "maafkan saya yang mulia, karena ada seorang manusia yang sudah seharian terus berdoa dan dalam doanya tersebut manusia itu meminta kematiannya hari ini yang mulia," jawab sang assisten dengan wajah yang sangat serius.
"Hah...manusia mana yang meminta segera kematiannya dalam doanya, begitu sengsarakah kehidupan manusia tersebut di dunia," tanya malikat dengan penuh tanda tanya.
"Sungguh mulia manusia itu, dia sangat dermawan karena hidupnya bergelimang harta. Ia pun berilmu tinggi dan tak segan-segan mengamalkan ilmunya tersebut. Kekuasaan yang dimilikinya tak digunakan sewenang-wenang melainkan ia sangat adil dalam setiap sikap perbuatan dan keputusannya. Tidak hanya itu, manusia tersebut juga memiliki anak dan istri yang soleh. Setiap hari dari pagi hingga istirahat malamnya, hati manusia itu selalu berzikir mengingat nama Tuhan memohon ampunan tanpa henti. Tidak ada yang buruk darinya yang mulia," cerita sang assisten dengan bersemangat.
Semua malaikat yang ada di ruang itu pun diam termenung memikirkan mengapa manusia itu berdoa meminta kematiannya hari ini.
Kemudian pimpinan rapat malaikat menyuruh kepada salah satu malaikat yang ada untuk turun ke dunia dan menanyakannya secara langsung.
Ternyata benar apa yang diceritakan oleh sang assisten, malaikat tengah melihat seorang manusia yang dengan khusyuknya berdoa.
"Mohon maaf mengganggu waktu anda wahai hamba yang baik," sapa si malaikat utusan.
Hamba tersebut pun tersenyum, nampaklah wajah yang sangat bersinar. Dari raut wajah yang terlihat sang malaikat utusan memperkirakan bahwa hamba tersebut belumlah paruh baya usianya. "Perkenankan saya bertanya, mengapa anda memohon mati dalam doa mu, padahal kehidupan anda sanagt baik," lanjut sang malaikat.
"wahai malaikat, saya berpikir inilah waktu yang tepat, waktu yang terindah bagi hamba untuk mati dan menghadap Tuhan ku," jawab manusia itu.
"inilah waktu yang terbaik dan terindah bagi hamba, dimana seluruh sendi kehidupan hamba dalam kebaikan. Harta hamba sudah sangat berlimpah ruah, dan hamba pun sangat berilmu dan berkuasa sehingga hamba dapat senantiasa beramal dan beribadah dalam kekhusyuk'an yang amat menggetarkan, hamba pun sangat bersyukur karena memiliki anak dan istri soleh, hamba sangat bahagia dengan kehidupan keluarga hamba....," manusia tersebut terus menceritakan seluruh keindahan kehidupannya, bak air bah ceritanya pun dituturkan tanpa henti. Sang malaikat pun terpana dengan cerita manusia tersebut, karena belum pernah dijumpainya ada seorang manusia dengan penuh rasa syukur dalam hidupnya.
"Wahai malaikat, karena itulah hamba memohon kematian hamba di hari ini. Telah banyak yang hamba saksikan dari kehidupan manusia lainnya, ketika mereka dengan segala nikmat seperti yang hamba miliki, akan tetapi sebagian dari mereka malah bertambah rakus atas kenikmatan yang diraihnya, bertambah haus atas kekuasaan yang didapatnya dan menjadi bertambah dahaga ketika menjadi kaya raya dan semakin terpana dengan segala kehebatannya, serta tak sedikit yang hamba saksikan sebagian dari mereka di ahir hayatnya dalam kesendirian dan ketidak berdayaan, tanpa teman, tanpa sahabat, sanak keluarga pun pergi menjauhi ketika mereka sudah tak berharta, dan tak berkuasa, dimana pengaruhnya sudah tak didengar lagi," suara manusia ini saat bercerita sangat mantap dan penuh dengan keyakinan.
Secara perlahan manusia itu merangkulkan tangannya di pundak sang malaikat. "Hanya kepada engkau Tuhan menganugerahkan konsistensi tanpa cabaan sedikitpun, sedangkan kepada kami manusia sepertiku Tuhan memberikan kebebasan terhadapa berbagai godaan dan pilihan. Aku tidak yakin, apakah hamba akan masih dalam rasa syukur yang amat sangat saat Tuhan mencabut semua nikmat ini. Hamba takut menjadi tak bersyukur dan mati karenanya."
Sang malaikat masih saja terpana. Dari kursi singgasanaNYA Tuhan tersenyum menyaksikan percakapan hambanya dengan si malaikat. Dengan segala kuasaNYA Tuhan berbisik kepada sang malaikat, "biarkan dia hidup lebih lama lagi, karena AKU masih ingin menikmati keindahan amalnya."